Disisa Ruang Hati Kecilmu

Kurasa hujan sudah reda sedari tadi, tapi tetesan-tetesan air itu masih saja hangat membasahi pipiku yang tidak berjerawat ini.

Sejenak kubiarkan pikiranku mengawang jauh tinggi, hanya demi untuk melukis wajahmu dilangit biru, mengobati segenap kerinduan itu. Nyatanya, melupakan cintaku padamu jauh lebih susah daripada harus meninggalkan hobbyku mencipta lagu.

Ku temui dirimu dalam fantasiku ketika kesendirian telah hadir menyapa seperti biasa. Sebelumnya aku merasa bahagia walau hanya seperti itu. Sekarang, kenapa suaraku terdengar lirih menyesakkan dada, ketika ku ucapkan nama indahmu dalam untaian bahasa kalbu. Terlalu jauh angan-anganku untuk bisa meraihmu. Kutenggelam sampai kedasar kepiluanku.

aku benar-benar sedang sedih ketika menuliskan ini. Hari ini ku utarakan semuanya. Kenapa sempat terucapkan cinta olehku kepadamu, kenapa tidak kusimpan saja rapat-rapat dan tetap indah dihatiku, kau tak akan pernah tau.

Ingin ku berteriak sekencang-kencangnya ditengah malam yang sunyi membisu. kenapa harus tertanam sebuah rasa cinta disanubariku untuk dirimu, jika kau tercipta untuk seseorang yang bukan diriku. Tubuh berbasuh peluh kudisini, menunggu hal yang kutahu takkan pernah menghampiri.

Mengertikah dirimu apa yang ku inginkan untuk kau pahami lewat semua rangkaian kata-kataku? Aku ingin tau, benar-benar ingin tau.

Mungkin aku hanya akan tertawa bila kau bertanya, seolah-olah semua ini hal sepele yang sama sekali tak perlu dihiraukan. Begitulah aku, Bintang yang perlahan padam keabuan.

Saat redup pandanganku tertuju pada jarum jam yang telah patah, bisakah kau simpan catatan-catatan tentang perasaanku di sisa ruang hati kecilmu?

Aku malu…